Thursday, February 18, 2010

Einstein: Saya Tidak Pintar-pintar Amat

“Yang bener ah?” Serius, dia sendiri koq yang ngaku begitu. “Dia kan termasuk orang paling jenius di dunia?” Memang, tapi kenyataannya dia mengatakan seperti itu. “Mungkin hanya merendah.” Bisa jadi! Tapi, saya yakin ada kebenaran dibalik perkataan yang dia sampaikan. Apa itu?
OK, saya akan tunjukan kalimat lengkapnya:
"It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer."
Saat dia mengatakan, It’s not that I’m so smart, bisa jadi hanya sebuah cara untuk merendah diri. Namun saat dia mengatakan, it’s just that I stay with problems longer, saya yakin ini adalah suatu kebenaran. Dia ada tipe orang yang berpikir keras. Inilah yang menyebabkan dia jenius.
Dari perkataan itu saya mengambil 2 kesimpulan
  • Dia berpikir keras saat memikirkan suatu masalah atau soal. Dia tidak mudah menyerah untuk mencari jawaban dari permasalahan yang dia hadapi. Memang seperti inilah karakter orang jenius. Mungkin Anda ingat cerita Archimedes dimana dia terus memikirkan masalah bahkan saat dia mandi. Jadi jangan cepat menyerah! Saat ini mungkin tidak bisa, tapi bisa jadi setelah berusaha, nv menjadi bisa.
  • Saat dia tidak menemukan jawaban dengan suatu tingkat pikiran, dia meningkatkan tingkat pikirannya. Atau menggunakan 6 cara berpikir seperti dijelaskan oleh Edward de Bono. Yang jelas, dia terus meningkatkan cara berpikirnya untuk menemukan suatu jawaban. Di lain kesempatan dia mengatakan,

    No problem can be solved from the same level of consciousness that created it.
Apa hikmah untuk kita?
Sebelum membahas hikmahnya, saya akan sedikit menjelaskan kata masalah atau problem bukan berarti kita hanya berpikir saat kita mengalami masalah sesuai pengertian kita sehari-hari. Tetapi termasuk saat kita akan melakukan peningkatan atau perbaikan. Misalnya, masalahnya: “bagaimana cara meningkatkan penjualan?”
  1. Jangan cepat menyerah saat Anda sedang berpikir menyelesaikan suatu masalah. Mungkin diperlukan berpikir lebih keras, lebih kreatif, dan menggunakan teknik-teknik berpikir. Mungkin perlu diam sejenak menenangkan pikiran untuk mendatangkan ide intuitif. Mungkin perlu bertanya ke seseorang. Mungkin perlu buka buku.
  2. Tingkatkan terus pola pikir Anda. Bisa jadi masalah Anda tidak akan terselesaikan dengan tingkat pikiran Anda saat ini.
oleh Rahmat Mr. Power
http://www.motivasi-islami.com

Memaafkan Diri Sendiri

Anda pernah membuat kesalahan? Yah, semua orang pernah membuat kesalahan. Kita bukan malaikat yang selalu benar, kesalahan adalah hal yang manusiawi. Dari kesalahan kita bisa memetik hikmah, namun tidak sedikit orang yang menjadi terpuruk karena kesalahan di masa lalu yang menimpanya. Hilang semangat dan merasa tidak berdaya. Inilah kenapa kita perlu memaafkan kesalahan yang sudah kita lakukan.
Banyak orang yang tidak memperdulikan kesalahan diri sendiri. Padahal saat kesalahan kita membekas, memberikan pengaruh besar kepada kehidupan Anda, atau berakibat fatal, kesalahan ini bisa mempengaruhi kehidupan Anda secara keseluruhan. Secara tidak sadar pikiran bawah sadar kita mengatakan bahwa kita adalah orang yang salah, tidak becus, tidak berdaya, dan berbagai pikiran negatif lainnya.
Pikiran negatif terhadap diri sendiri akan menyebabkan kita rendah diri. Seperti dijelaskan dalam Video The Confidence Secret (percaya diri), rendah diri bila dibiarkan akan seperti bola salju, semakin lama semakin membesar. Saat rendah diri sudah menggunung, Anda sudah merasa tidak bisa apa-apa lagi sehingga tidak ada usaha memperbaiki diri sendiri. Ini gawat!
Kesalahan-kesalahan masa lalu bisa membuat diri kita menyesal. Marah pada diri sendiri. Hal ini akan menyebabkan sebuah luka, luka emosional pada diri sendiri. Saat kita memiliki luka, kita akan melakukan usaha ekstra melindungi bagian yang terluka, sebab luka diatas luka itu lebih menyakitkan. Perlindungan ekstra ini seringkali menjadikan diri kita menjadi penakut dan mudah tersinggung. Akhirnya emosi negatiflah yang selalu mengiringi kita.
Rendah diri dan emosi negatif adalah tidak baik bagi kehidupan kita. Kita tidak lagi memiliki motivasi, kebahagiaan, dan pencapaian-pencapaian yang tinggi. Oleh karena itu, untuk menghindarinya ialah dengan memaafkan kesalahan-kesalahan yang telah Anda lakukan. Tentu saja setelah meminta maaf kepada orang lain jika terlibat dan memohon ampun kepada Allah SWT jika kesalahan Anda juga berdosa.
Tentu saja, kita perlu menghindari kesalahan. Namun sebagai manusia kesalahan selalu saja terjadi. Tidak apa-apa, yang penting ialah kita segera memperbaiki kesalahan kita dan perbaikan akan berjalan efektif jika kita telah memaafkan kesalahan kita. Mencoba memperbaiki kesalahan, sementara Anda berada dalam kondisi rendah diri dan mengutuk diri sendiri, perbaikan itu tidak akan memberikan hasil yang optimal, bahkan bisa saja sama sekali tidak berhasil.
Langkah-langkah memaafkan diri sendiri
  1. Fahami bahwa memaafkan berbeda dengan melupakan. Sebuah peristiwa yang melibatkan emosi sulit untuk dilupakan, tetapi bisa dimaafkan.
  2. Terimalah bahwa Anda melakukan kesalahan. Ini manusiawi. Katakanlah “Meskipun saya melakukan kesalahan, namun saya menerima diri saya seutuhnya.”
  3. Mintalah maaf kepada orang lain yang terlibat. Dimaafkan atau tidak, yang penting Anda sudah minta maaf.
  4. Mintalah ampun kepada Allah SWT jika kesalahan Anda berupa dosa.
  5. Sekarang… maafkanlah diri Anda. Katakan saja “Saya memaafkan diri saya seutuhnya.” Katakanlah berulang-ulang dengan penuh konsentrasi, silahkan katakan di dalam hati saja, namun harus diikuti dengan kesungguhan. Allah SWT Maha Pengampun, kenapa kita tidak mau memaafkan diri sendiri?”
  6. Ambillah hikmah dari kesalahan Anda. Bersyukurlah bahwa Anda sudah mendapatkan hikmah yang berharga.
Cobalah untuk memaafkan diri sendiri, Anda akan hidup lebih ringan, lebih bahagia, dan lebih bersemangat.

Dia Bernama Ambisi dan Impian

Teman, ada satu kisah yang menceritakan mengenai dua orang yang masing-masing memiliki ambisi dan impian. satu orang pertama dia memiliki ambisi yang kuat namun dia tidak memiliki impian dalam hidupnya. satu lagi dia memiliki impian namun dia sama sekali tidak memiliki ambisi. suatu kali orang yang memiliki ambisi dalam hidupnya berlari dan terus berlari, larinya kencang namun tak bertujuan. dan satu kali pula orang yang hanya memiliki impian itu, hanya duduk dan hanya berfikir mengenai masa depannya. mereka selalu saja seperti itu tidak berubah dari hari ke hari. suatu saat ketika sang ambisi berlari dia bertemu sang impian yang sedang duduk, kemudian terjadilah percakapan diantara mereka.
-ambisi: sedang apa kamu duduk termenung di situ?
-impian: q sedang memikirkan masa depanku.
-ambisi: lalu..?
-impian: lalu apanya? q hanya sdang berfikir, itu saja! lagian knapa km mencampuri urusanku. dan kamu sendiri kenapa kamu berlari-lari hingga badanmu penuh dengan keringat?
-ambisi: q hanya sedang berlari dan terus berlari, itu saja!
setelah percakapan itu, mereka pun melanjutkan aktifitasnya masing2. sang ambisi terus berlari dan sang impian terus termenung. tahun berganti tahun, secara tidak sengaja mereka bertemu lagi.
-ambisi: lho km masih saja di sini? dari dulu?
-impian: iya, q selalu di sini sejak dulu. q hanya memikirkan masa depanku. dan kau sendiri, masih saja terus berlari?
-ambisi: iya, dari dulu aku terus berlari. sebentar, q ingn bertanya sesuatu padamu. dulu km memikirkan masa depanmu, dan sekarang seharusnya kamu sudah menapatkan apa yang km impikan. jadi dari dulu hanya ini yang km impikan? duduk dan berfikir? hanya itu saja?
-impian: tunggu dulu teman, dulu q punya impian, q ingin sekali bisa menerbangkan pesawat ato menjadi bagian dari pemerintahan republik ini. tapi apa daya, aku hanya bisa berpikir. tak mampu aku, untuk merealisasikan impianku itu. lalu kau sendiri mengapa hingga sekarang kau berlari dan berlari?
-ambisi: begini teman, aku hanya bisa berlari dan terus berlari. aku tidak mempunyai tujuan yang jelas, bahkan qku tidak dapat memikirkan masa depanku.
-impian: oh.. teman betapa malangnya hidup kita ini. kita sama2 memiliki kekurangan dalam hidup kita. alangkah baiknya jika kita saling mengisi, pasti aku akan dapat mewujudkan impianku dengan semangad dan tenaga yang kau miliki lalu kau sendiri akan memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini, sehingga hidupmu tidak sia-sia dlam pelarian, bagaimana?
semenjak itu, impian dan ambisi bersatu dalam menjalani hidup, hidup mereka pun berubah, mereka telah sukses dan menghasilkan karya2 yang bisa dinikmati orang lain. mereka menjadi sadar bahwa impian harus selalu disertai dengan ambisi untuk dapat mewujudkannya. hingga saat ini teman apakah diri kita telah memiliki impian dan ambisi? kita tidak perlu mnjadi pintar dulu untuk memiliki imajinasi, kita hanya membayangkan dan berharap. kemudian kita tidak perlu menjadi orang yang kuat untuk berambisi, kita hanya perlu tekad yang bulat dan semangat yang disertai dengan do'a. karena percayalah teman impian itu gratis bagi kalian dari Tuhan, jadi selalu bermimpilah mengenai masa depanmu, dan jangan lupa gunakan ambisimu untuk meraihnya.

by : panji Asmoro Bangun

SUATU WAKTU DATANG BERITA DUKA


“Aku ingin pergi jauh dari kehidupanku sekarang ini, pergi entah kemana, dimana dunia yang begitu bebas dan tanpa beban menantiku. Mendung yang selalu terselubung dalam hatiku, selalu saja menampakan kegundahan dipikiranku. Brangkali Tuhan memiliki arti lain ketika menciptakanku.”
Di sebuah sudut kota kecil di utara Jogja, aku tinggal dalam rumah sederhana beratapkan genteng bata yang sudah usang warnanya, hanya hitam dan merah kusam. Keinginanku untuk pergi dari tempat itu, didasari pada kebosanan yang seringkali menyeruak di hari-hariku dalam menjalani kehidupan di sini. Entah mungkin karena hidupku yang berdua saja dengan bunda yang sudah tua atau barangkali karena telah hilang rasa baktiku padanya. Pernah dulu suatu waktu, aku ingin pergi merantau ke Jakarta, tapi melihat ibuku yang sebatangkara, tak kuasa juga hati ini meninggalkannya. Teringat pula saat aku remaja dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah kejuruan, ketika bapakku menikah lagi dan akhirnya mati, aku sungguh tidak peduli. Cukup sekali aku melihat raut muka kekecawaan yang begitu dalam pada ibuku, ketika pria bangsat itu meninggalkan ibuku dan menikah lagi dengan pelacur itu. Dan akirnya bapakku mati, kata orang dia bunuh diri, tapi belum sempat aku melihat mayatnya, bahkan kuburannya tak sudi aku mendatanginya. Kini hanya ibuku saja yang aku punya, begitu pula ibuku, dia hanya memiliki seorang anak, aku.
Pagi itu pintu rumahku sudah terbuka lebar, tapi aku rasa mataharipun belum sempat beranjak dari persembunyiannya. Lantas akupun tidak terburu-buru bangun, aku melihat jam, ternyata masih pukul lima pagi. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi langkah seseorang berlari dan sambil berteriak.
‘Tole-tole cepat keluar! Ayo keluar coba lihat!”
Oh.. aku tahu, pasti itu suara ibuku. Dengan malas akupun pergi keluar,
“ada apa bu,…?”
“tole coba lihat ke sini, ini ada surat kalau tidak salah dari pamanmu di Jakarta, coba kamu bacakan buat ibu..”
Lalu kuraih surat itu dan aku sempat membacanya dalam hati. Namun kemudian, kekecewaan muncul di wajahku, berbagai pertanyaan dan keresahan muncul dalam pikirannku, dan kemudaian aku langsung memeluk ibuku. Dan akupun kemudian menangis.
“ada apa le.? Kenapa kamu menangis? Apa isi surat itu? Gimana pamanmu?”
Dengan terisak dan penuh air mata, bibirku terasa bergetar ketika mengucapkan kalimat itu,
“ bu,… paman meninggal minggu lalu..”
Ibuku langsung terkulai lemas dan tertunduk membisu, hanya tanah kering yang ia pandangi. Barangkali, telah habis air mata ibuku dengan penderitaan yang telah ia alami selama ini. Tanpa setetes air mata yang mengalir. Aku tahu, pamanku ini adalah adik satu-satunya ibuku, satu-satunya keluarga terdekat yang ia punya selain aku. Sesaat kemudian ibu bangkit dan menuju ke dapur, akupun mengikutinya, takut-takut kalau terjadi sesuatu pada ibuku tersayang.
“tole kamu mau makan apa?”
Tiba-tiba dia bertanya dngan nada datar, aku tidak menjwab, aku hanya membalikkan badan dan menuju kamarku. Langit-langit kamar begitu usang, barangkali sama seperti pikiranku. Aku tidak mengerti apa yang diinginkan Tuhan, aku hanya berharap dari semua kejadian yang aku dan ibuku alami, semoga memili hikmah yang besar.
hari demi hari setelah berita duka itu dating, aku lihat ibuku tiada perubahan, dia seperti biasa saja. Tidak ada yang aneh dalam tingkah lakunya, hanya seperti biasanya saja. Mungkin ia menganggap berita duka hanyalah suatu kerikil dalam jalan hidupnya, yang mengganggu jika menginjakkan. Dan ibuku merasa dia tidak menginjak kerikil itu.

by : Panji Asmoro Bagun

Sinar, Hidupmu Tak Secerah Namamu

Suatu cerita datang dari Polewali Mandar. Seorang gadis bernama Sinar, usianya belum genap 12 tahun, tapi dia telah menanggung beban yang begitu berat dalam hidupnya. Di sebuah gubuk yang lantainya hanya beralaskan tikar tanpa meja dan kursi, berbaring seorang wanita yang telah lama lumpuh. Dialah ibu dari Sinar, yang telah lama lumpuh kaki dan tangannya, hidupnya bergantung pada Sinar, dari makan, mandi hingga buang hajat. Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah Sinar memasak makanan untuk makan mereka berdua, jika beruntung mereka dapat memakan nasi. Tanpa lelah, Sinar menyuapi Ibunya perlahan-lahan. Kemudian dengan tanpa alas kaki dan pakaian seadanya, Sinar berangkat ke sekolah. Dengan gigih dia menjalani hidupnya, Sinar dan Ibunya tinggal berdua. Sinar adalah anak bungsu dari empat saudara, kakak Sinar semuanya bekerja sebagai pembantu, Ayah Sinar merantau ke Malaysia. Kini hanya Sinar dan ibunya saja, tanpa henti dia merawat ibunya yang lumpuh itu. Tanda baktinya sungguh luar biasa. Anak sekecil itu dengan berani melawan kehidupan ini. Entah bagaimana dengan kita, apakah kita terlalu terlena dengan semua yang telah ada di sekeliling kita? Hingga kita lupa untuk bersyukur betapa baiknya Tuhan dengan kita. Berkacalah kepada Sinar, saudaraku…

by : Panji Asmoro Bangun

Wednesday, February 17, 2010

Sebuah Tanya (Puisi Gie)


“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa

pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra,
lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata,
kudengar derap jantungmu.
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?” (haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru”

ditulis oleh Soe hok Gie pada tanggal
1 april 1969