Saturday, May 21, 2011

End I Say I love You

                Oh,,sang pencipta cinta,,, perasaan ini tak dapat ku bendung begitu menatap wajahnya. Putri namanya, hanya sebatas nama itu yang aku tau. Sejak pertama kali kumelihatnya, otak ini selalu terisi oleh bayang-bayang dirinya. Dia adalah teman di kampusku, teman tanpa mengenal. Sebenarnya pernah suatu kali dulu pada awal kuliah kumengenalnya melalui seorang teman. Bergenggaman tangan bertukar identitas, hanya sebatas itu. Tapi dari situlah ku mulai menaruh hati padanya, wajah cantiknya sungguh jelita menjajah mata. tapi apa mungkin orang sepertiku dapat mendapatkan perhatiannya. Hmmmm…Entahlah, Hari berganti hari dan waktu kian berlalu, hanya sanggup diri ini menatapnya dari jauh dan   memberi perhatian yang tak Ia sadari. Sepertinya bebanku tak kalah seperti sang Presiden yang memikirkan Negara, setiap waktu senggang pasti cantiknya tak terbendung merasuk otak. Semua ini membuat kepalaku cenat-cenut, Ah, diri ini harus berbuat apa? Seandainya aku bisa meminta sang Cupid untuk  menancapkan panah cinta kepadanya.  Aku harus bertindak!!!

PART 2
PART 3

PART 4

PART 5
Hari ini, pertengahan semester 5 di bulan desember tak lama aka nada ujian tengah semester. Dengan topi kebanggaan menjadi mahkota, akan menemaniku menuju perjanjian dengan kawan di taman kampus untuk sekedar flash back mata kuliah yang tak lama akan di ujikan. Sekarang pukul 10.00  pagi aku sudah berada di taman kampus, padahal janjiannya jam 10.30 pagi. Sengaja ku datang lebih awal, karena harus menjenguk dan menjemput buku-buku di loker sebelum belajar bersama dengan salah satu teman dekatku di kelas. Sebatang kara duduk di bawah rindangnya pepohan di taman kampus, dengan latar satu buah meja dan 2 bangku yang sengaja disiapkan untuk kawanku yang belum datang. Awalnya hanya tak sengaja mencuci mata, sejauh mata memandang ku perhatikan suasana taman kampus. Terlihat Dandi, cowok paling tajir seantero kampus. Ayahnya pengusaha kuningan sukses se-Jawa Timur dan Ibunya adalah salah satu Dosen di perguruan tinggi tersohor di Yogyakarta. Sebenarnya pemandangan yang biasa saja,,,tapi ada yang membuat lain. Ya,,,disana terlihat Dandi berbincang dengan salah satu kawannya dan Putri, wanita yang ku dambakan menjadi kekasih hati. Cukup lama memperhatikan mereka berbincang, sampai-sampai tak bisa konsentrasi membaca buku yang sudah ku gengam.Dalam hati ku iri, dalam fikiranku , aku ingin menjadi salah satu dari Dandi, Putri, dan temannya yang lain. Memikirkan bergumul dengan sekumpulan mahasiswa yang menjadi perhatian di kampus? Yang dimana Putri termasuk di dalamnya. Hah!!! Pria cupu yang nga’ penting ini hanya sekedar berharap mempunyai kesempatan lebih dekat dengan wanita pujaan.

PART 6
Cumbu sekali mereka berbincang!!! Entah apa yang mereka perbincangkan, Dandi dan putri terlihat akrab membicarakan sesuatu yang dapat ku tangkap dengan jelas. Tanpa menghiraukan salah satu teman yang terlihat sedang sibuk dengan handphonenya ku dengar gelagak tawa putrid menyambut guyonan yang mungkin Dandi keluarkan. Banyak yang bilang mereka berdua adalah sepasang kekasih, wajar saja, Karena mereka sering terlihat bersama. Tapi aku tak percaya kabar burung tersebut. Mengapa? Ya jelas saja, karena salah satu kawanku yang ikut bernaung salah satu Organisasi kampus SENAT, yang dimana salah satun anggotanya Putri pernah berkata kalau Putri statusnya Single Parents.Upsss maksudnya Jomblo, hehehe. Tapi bukan hanya karena alas an itu saja aku tak percaya Dandi dan Putri bukan sepasang kekasih, temanku yang satu Organisasi dengan putri itu sering berbincang dan lumayan dekat dengan Putri. ya wajar saja kawan, putri itu adalah sekretaris temanku, dan kawanku adalah ketua Organisasinya. Kawanku tersebut pernah berbicang bersamaku di salah satu kesempatan. Obrolan ringan yang tersaji dan sampai pada pembahasan aku dan kawanku membahas Putri. Kawanku kurang lebih menjelaskan bahwa Putri itu masih single dan Dandi hanya sahabatnya. Dengan segala pertimbangan dan melihat senyumnya yang menusuk-nusuk relung hati, aku fikir aku punya kesempatan!!! Kesempatan untuk mengungkapkan lirihnya perasaanku.

PART 7
Sudah hampir 15 menit ku duduk di bangku ini hingga ku lepaskan mahkota kebangaan yang menjadi trendmarkku sambil ku keluarkan buku yang masih lumayan kosong. Sebenarnya aku ingin menjelajah buku mata kuliah yang akan ku pelajari bersama dengan kawanku nanti, tapi Putri dengan senyumnya yang bagaikan kolonel-kolonel belanda di era tahun 45, terus saja mengitimidasi hatiku yang dengan tanpa ampun menjajah hatiku. Ku abaikan buku mata pelajaran itu, Tak ku jamah. Di bawah meja ku sandarkan buku layaknya diari, ku buka bagian tengahnya, Entah akan ku apakan buku itu. Tapi fikiranku terlalu lirih memikirkan sebuah perasaan yang benar-benar merusak sitem kerja otak.  Aku ingin kau tau, bahwa betapa aku mencintaimu!!! Ku tulis dengan penuh emosi, emosi cinta yang bergelora layak pak Soekarno berpidato di depan ribuan rakyat Indonesia. Aku harus mengatakannya,,,ya aku harus mengataan perasaanku. Aku harus jadi proklamator untuk cintaku sendiri. Tunggu Putri, aku akan meminjam kemampuan Soekarno untuk mendeklarasika cintaku kepadamu. Aku tak ingin selamanya menjadi pengecut untuk cintaku sendiri. Aku akan mengungkapkannya.

Hari jum’at di pertengahan bulan Desember, hari yang dimana telah ku tetapkan niat dan tekat untuk mengatakan cinta kepada wanita pujaan hati. Hari ini penuh gelora, seperti ribuan jiwa-jiwa Soekarno merasuk dalam diri. Proklamator cinta akan memperjuangkan cintanya. Bunga cantik sudah  ku siapkan sebagai senjata pamungkas, sengaja meminta sang bunda memberikan uang lebih di pertengahan bulan untik sekedar membeli bunga yang menjadi tanda cinta. Maaf bunda, anakmu hanya ingin memperjuangkan cintanya. Telah aku tau, hari ini tepat Organisasi Senat akan melakukan rapat yang akan berakhir pukul 04.00 sore. Ku mengetahuinya dari temanku. Senjata sudah siap, tinggal menunggu waktu yang tepat. Ku menunggu kabar dari kawanku. Ya,,,dia akan mengabariku saat rapat telah selesai. Pakaian rapih dengan sepatu putih dan topi kebanggaan ala Dr. Tompi sang penyanyi jazz telah membalut tubuh, setengah jam sebelum kira-kira rapat selesai ku sudah berada disuasana kampus yang sepi. Ku menunggu di parkiran kampus dengan mencoba menyembunyikan bunga yang tak jarang membuat heran bahkan bahan tetawaan orang lain, sudah lebih dari pukul 04.00 “krrrrringgg…!!!” handphone ku berbunyi tanda pesan masuk, kawanku memberikan pesan yang kira isinya “hilmi, kita sudah selesai rapat, Putri sudah ke parkiran mobil” sambil menarik nafas yang lumayan panjang ku letakan bunga di balik tubuh dan berjalan menghampiri Putri, tak jauh dari dari aku menitipkan sepeda motor, aku melihat putrid berjalan menuju parkiran mobil, ku ikuti pelan-pelan dari belakang tanpa sepengetahuannya. Dan selang tak lama setelah itu… kau tau kawand??? Dengan bunga yang terselip di balik tubuhku, ku lihat Dandi, ya…Dandi dengan fashion berkacamata hitam layaknya anggota band Sm*sh teryanta tlah menunggu putri dengan membukan pintu mobil untuk putri layaknya sepasang kekasih. Aku terkejut, tak percaya, dan luluh lantah melihat semua yang tersimak menyakitkan di depan mata. Proklamator hancur, jiwa-jiwa Soekarno hilang pergi tanpa pamit. Aku fikir ini saat yang tepat, tapi aku salah.
PART 9
Seperti Proklamator yang keluar mimbar secara tidak hormat, ku tinggalkan semuanya begitu saja, bunga bukan lagi senjata, senjata tak ada guna ku biarkan tanpa sadar terlepas dari gengaman. Hatiku hancur kawan. Topi kebanggaan ala Dr. Tompi seperti berubah menjadi peci sang kafir. Entah harus percaya siapa? Cinta tak bertuan tak hanya sekedar syair-syair lagu, tapi sudah menjadi bagian yang harus ku  pahami sakitnya.  Ku berjalan berpaling meninggalkan semua yang terlihat begitu pilu di hati sambil menahan rayuan air mata yang merayu untuk keluar dari mata. Apa yang ku lakukan? Dan apa yang coba ku lakukan? Meminta dan ingin memungut cinta dari perempuan secantik dia? Mungkin aku terlalu lancang menawarkan gelas cinta untuk ditengguknya.

PART 10


PART 11
Tanganku masih di gengamnya, mengapa dia mengejarku? Bertanya dalam hati sembari memperhatikan bungan di tangan kirinya yang tidak lain adalah bunga yang ku jatuhkan tadi. Tak lama dia kembali menyebut namaku. Ya kawan tenyata benar-benar putri yang memanggil-mangilku sedari tadi. Dan dia lalu berbicara apa kawan? Dia mempertanyakan bunga itu kawand.
“ Hilmi, apakah bunga ini kepunyaanmu?” Tanya putri
“hmmm.i,iya benar putri? Ku jawab dengan gugup
“apakah bunga ini untukku? Tanya lagi putri

“lalu, mengapa kau jatuhkan bunga itu lalu pergi? Kenap kau tak memberikanya padaku?” Tanya putri lagi




“memang benar khan Dandi kekasihmu? Aku membalikan pertanyaan
“kau salah hilmi, dia adalah sahabatku, sahabat terbaikku. Lagipula Dandi itu sudah punya kekasih, tapi kekasihnya melanjutkan kuliah di Jakarta.”
Itu yang di ucapkan kawan, dan peryataannya membuatku semakin merasa sedang ada di mimbar cinta paling agung.  cintaku bergairah lagi kawan. Kembang api seperti meledak diatasku membentuk lambang cinta. senyumanku lambat laun mulai merekah dan putrid kembali bertanya sesuatu kepadaku
“Hilmi, apa yang akan kau lakukan dengan bunga ini tadi? Boleh aku memintamu melakukannya lagi?” Minta putrid kepadaku
Dia memintaku menyatakan cinta? Waw,,,sungguh waktu yang tepat. Eits!!! Taukah kawand, dia menggengam tanganku. Seakan dia telah tau apa yang akan ku katakan. Tak perlu panjang lebar aku langsung mengatakan semua tentang perasaanku.
“Putri,,, sebenar-benarnya aku tlah lama memperhatikanmu. Sedari dulu, waktu pertama kita berkenalan di suatu kesempatan yang mungkin tak kau ingat. aku sudah jatuh cinta kepadamu. Dan bunga itu sebenarya ingin ku jadilkan penghantar cintaku padamu.” Ucapku dengan mata tajam menatap putri
“lalu,,,hmmmm!!! I LOVE YOU Putri, aku cinta kepadamu. Maaf aku lancang berbicara seperti ini, tapi ini harus ku katakana. Perasaan ini sungguh memenjarakan diriku put” ucapku tegas
“oh….!!!”saut putri
“kenapa putri? Pasti yang ku katakan terlihat bodoh di depanmu? “ diriku merendah
Putri kembali terseyum dan meletakkan tangannya dengan benar di jemariku. Dan kau tau kawan dia mengucapkan apa setelah itu? Dia mengatakan sesuatu yang membuatku seperti rakyat Indonesia yang hidup di tahun 45 dan mendengarkan pidato kemerdekaan sang proklamator Soekarno
“I LOVE TO HILMI”ucap putrid dengan tegas
I Love You? I love You itu bahasa apa kawan? Apa artinya? Seakan menjadi orang yang gagap bahasa aku memintanya mengulang kembali ucapannya.
“maaf putri, tadi kamu bilang apa?” pinta aku penuh harap
“Aku cinta kamu hilmi, I LOVE YOU!!!” tegas putri
Oh My God!!! I LOVE YOU…artinya aku cinta kamu kawan, berarti dia bilang dia cinta aku. Dia punya cinta untukku. Senjata telah membeku, peperangan telah usai, aku merdeka kawan. Merdeka dengan mendapatkan kondisi dimana dia juga mencintaiku. Kembang api kembali meledak dia atas langit membuat lambing cinta. Aku bahagia, aku senang, terima kasih bunda atas persen yang kau keluarkan, bungamu tak jadi sampah bun. Terima kasih Pak Soekarno telah menularkan jiwa-jiwa proklamatornya untuku. Eits!!! Sebentar. Mengapa dia bisa bilang mencintaiku? Padahal setauku dia tidak pernah memperhatikanku? Hahaha,,, taukah kawand setelah dia bilang dia mencintaiku dia menjelaskan pula mengapa dia bisa mencintaiku. Tak diduga-duga selama ini dia telah memperhatikanku, dia  mencari tau tentang diriku, melalui siapa? Kau tau kawand? Tak diduga, teryanta  temanku si Ketua Senat Kampus yang member tau tentang diriku. Namanya Reza kawan, maaf baru ku sebutkan namanya di ending cerita. Reza ternyata juga pernah membaca bukuku kawan, dan tak sengaja dia melihat goresan tangan bertulisakan “I love You Putri,,,” semenjak itu pula Reza berencana menjodohkan aku dengan putri dan pada saat reza mencoba, ternyata reza juga tau dari temannya yang tidak lain adalah sahabat putri bahwa putri juga memendam rasa terhadapku  . kau tau siapa sahabatnya putrid kawand? Yupz Dandi kawan, ternyata dandi adalah teman reza satu SMA. Tapi karena kesibukannya, Reza sampai saat ini belum melanjutkan perjodohan itu kawan. Dan kau masih ingat kejadian waktu di loker kampus kawan? Ternyata dia pada waktu itu sadar aku perhatikan. Dan buku yang terjatuh yak lama setelah itu adalah kesengajaan dia untuk memancing responku..Luar biasa kawan. Memang tiada satupun insan Tuhan  yang tahu takdir cintanya pada hari depan, hanya ada langkah kaki menelusuri hidup dalam pencarian dan penantian yang panjang akan cintanya. Namun kepastian cinta itu akan datang di salah satu bagian skenario hidup yang tak terduga dan itu takkan dapat disentuh oleh spekulasi-spekulasi pemikiran manusia.






KARIMUN JAWA

pulau cemara besar

Susnset

Keindahan Bawah Laut Karimun Jawa

Tuesday, January 11, 2011

Tetap Produktif walau Malas

Anda malas? Ah, jujur sajalah. Saya juga malas kok. Toh, kita bisa tetap produktif dalam kemalasan.
Pertama, pahami dulu karakter pemalas.
Saat menghadapi tugas, dia sibukkan diri dengan beragam distraksi. Misalnya, bersiap coding, duduk manis di depan monitor, eh dia chatting dengan pacarnya lewat ym (pembenaran: kangen tak terlampiaskan bikin susah berpikir). Sungguh kreatif.
Dia malas memikirkan yang rumit-rumit. Karena itu dia habiskan waktunya untuk mencari solusi paling sederhana dari suatu masalah. Selain enggan menghadapi langsung masalah itu di detik pertama (pembenaran: kan sedang cari solusi), dia jadi berpikir kreatif. Hasilnya, masalah rumit dipecahkan dengan solusi paling sederhana. Jenius!

Dia juga suka melempar tanggung jawab. Sebisa mungkin dia hindari tugasnya. Lebih baik orang lain yang mengerjakan (pembenaran: delegasi). Karena itu pemalas biasanya seorang pemimpin. Jago mendelegasikan tugas sih.
Selain itu, dia gampang bosan. Lebih menyukai tugas-tugas menantang.
Dan dia jelas pecinta last-minute-actions. Tugas dibengkalai sampai deadline mengimpit. Setelah itu panik. Adrenalin mengalir deras. Barulah dia bisa berkonsentrasi menghadapi tugasnya. Oh ya, pemalas memang adrenaline junkie!
Lantas, bagaimana caranya agar tetap produktif di tengah kemalasan?
  • Kecuali karena alasan mendesak (saldo tragis di rekening, misalnya), lebih baik pilih proyek yang kita benar-benar suka.
  • Buat jadwal kerja, balik prioritasnya. Taruh tugas paling penting di urutan terbawah, dan tugas kurang penting di posisi teratas. Atur mindset bahwa tugas-tugas di sebelah atas itu sangat penting (kalau perlu, bayangkan kepala ditodong Colt Anaconda: selesaikan, atau dor!). Yang ada? Kita beralih ke tugas-tugas di urutan terbawah. Kan malas.
  • Ciptakan skenario agar distraksi sulit dicapai. Misalnya, taruh remote TV di atap rumah tetangga. Ingin nonton TV di saat harusnya mendesain brosur? Sok atuh! Panjat saja atap tetangga. Malas kan? Nah, mendesain saja kalau begitu.
  • Delegasikan tugas-tugas yang bisa didelegasikan.
  • Mendapat tugas berat padahal sedang malas? Alihkan perhatian klien dengan mengajukan ide kreatif untuk tugas lain (unik, baru, belum terpikir oleh klien) yang lebih menyenangkan. Pernah nih, saya harusnya menulis copy tentang service, process, dan tagline untuk company profile sebuah web developer. Karena malas, saya ajukan ide untuk mewawancarai karyawan. Hasilnya dikompilasi menjadi profile, untuk dimasukkan pula dalam company profile itu. Klien saya senang. Dikiranya saya berinisiatif dan berkontribusi lebih. Padahal gara-gara malas.
  • Penulis kadang mengalami writer’s block, mandeg menulis karena ide tak kunjung muncul. Ah, itu teori busuk. Aslinya malas, writer’s block jadi pembenaran. Padahal jutaan ide beterbangan di sekitar kepala kita. Setiap saat. Tinggal ditangkap saja! Ketika malas menangkap ide untuk menulis sesuatu yang penting, tangkap saja ide lain. Yang lebih menyenangkan. Ya seperti yang saya lakukan sekarang. Di saat harusnya menyelesaikan satu bab buku, saya malah menulis artikel ini. Benar-benar kemalasan yang produktif kan?
*Didedikasikan untuk seseorang yang malas sekaligus pintar luar biasa… Pintar mengakali kemalasan, tentunya.

http://www.ruangfreelance.com/2010/10/29/menjadi-kreatif-ditengah-teman-teman-kreatif/

SURAT UNTUK FIRMAN

Sebuah tulisan dari Ito, novelis yang peduli terhadap carut marut persepak bolaan negeri ini. Surat ini ditulis pada tanggal 28 Desember tahun lalu, sehari sebelum pertandingan final AFF dihelat. Ya meskipun uda rada telat nge share nya, tapi pesannya bagus.
Berikut ini, isi Surat Untuk Firman

Surat untuk Firman

Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.

Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.

Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irfan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.

Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!

Tuesday, October 19, 2010

Ikatan Cinta


“…tiada satupun insan Tuhan  yang tahu takdir cintanya pada hari depan, hanya ada langkah kaki menelusuri hidup dalam pencarian dan penantian yang panjang akan cintanya. Namun kepastian cinta itu akan datang di salah satu bagian skenario hidup yang tak terduga dan itu takkan dapat disentuh oleh spekulasi-spekulasi pemikiran manusia…”

Sebuah kisah tentang cinta, berawal dari suatu pertemuan yang tak terduga. Mariana Nuradi Sam, BA, MA binti Gatot Nuradi Sam  adalah seorang gadis kelahiran Aracaju, Brazil 27 tahun silam. Dalam hidupnya tidak pernah sekalipun dia bermimpi untuk telibat dalam suatu kisah cinta bak film-film, seperti Eifel I’m In Love atau bahkan Ada Apa dengan Cinta, hmm...namun takdir berkata lain, Tuhan mentitahkan malaikat-malaikat cintanya untuk menyatukan Cinta 2 hambanya. kini ia (Mariana Nuriadi Sam)  dipinang oleh seorang mantan temannya sekaligus mantan kekasihnya, pria itu bernama Ali Bashir Rasyid, BA bin Bahri Anwar.
Dikisahkan  pada suatu ketika, Ana panggilan akrab Mariana mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studinya di St. Edward's University, Amerika. Memang Sulit meninggalkan tanah air, pergi ke negeri orang dan berpisah dengan orang-orang terdekat yang selalu mengisi kehidapannya. Namun Ana tetap menjalani yang sudah ditetapkan Tuhan, demi sebuah cita-cita luhurnya samudra Pasifikpun bukan menjadi pembatas. Barangkali ini semua sudah menjadi suratan takdir, karena cintanya ia temukan di seberang lautan teduh, dimana tuhan menempatkan hatinya pada sesosok pria yang telah Tuhan persiapkan.
Dalam suasana yang baru dan kehidupan yang berbeda, Ana berjuang melawan perbedaan yang ada di sana, hingga ia temukan sahabat-sahabat yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Suatu ketika dalam hingar-bingar keramaian kampus, awal dari proses cinta menuju penyatuan. Pertemuan yang ia alami dengan seorang pria yang kemudian membawa berita baik pada hari ini. Sebenarnya kala itu, bukan suatu perasaan cinta yang melandanya, namun hanyalah perasaan benci yang mendalam pada dirinya akan sosok pria itu. Entah mengapa di hati Ana, tiada rasa simpatik bagi sosok pria itu. mereka hanya berteman, Tapi itulah Tuhan dengan segala rencana-rencana luar biasanya. karena pertemanan itulah yang kemudian mendekatkan hati Ana kepada pria itu. Setelah lama saling mengenal, Ana menyadari bahwa betapa baiknya pria itu, tiada pernah berhenti pria itu untuk memberikan petuah-petuah kepada Ana dikala keheningan dan kertepurukan melanda hati Ana. Keangkuhan cinta yang tertutupi perlahan melembut, kedewasaan sang pria telah berhasil meluluhkan keasaman hati Ana  pada dirinya. Deskripsi Anapun berubah mengenai pria itu, tiada henti hanya wajah dan kata-kata sang prialah yang mengisi pikiran Ana, Malaikat cintapun melantunkan syair-syair keindahan, seakan-akan diri Ana bagai lebah di lautan madu.
27 April 2002 adalah hari dimana Ana dan pria itu mengikat tali cinta dalam diri mereka berdua. Akhirnya mereka menjadi kekasih. Banyak kisah yang telah mereka lewati bersama, dalam suka, duka, tawa dan air mata silih berganti mengisi hari-hari dalam hubungan mereka. Dan hingga akhirnya pada hari mereka mengikrakan janji suci, janji kesetiaan dan ketulusan cinta. Mariana Nuradi Sam, kini lembaran baru hidupmu akan terisi oleh seorang pria, pria yang akan selalu menggenggam tanganmu menelusuri tapak-tapak kehidupan yang belum pernah dijamah, Ali Bashir Rasyid. Pada hari ini, Malaikat cinta telah berhasil melaksanakan titah Tuhan. Kalian kini adalah satu, senantiasa akan saling mengisi dalam kehidupan di hari-hari yang akan kalian arungi bersama. Semoga kalian berbahagia selalu hingga akhir hayat.

Panji & Lian.